Senin, 04 Juni 2012 - 08:59:56 WIB
Sukses Padukan Seni Tato dalam Media Kulit
Diposting oleh : d4nu - Dibaca: 448 kali
Banting stir dan putar haluan, begitulah tekat I Nyoman Widiana Iswara, seorang pengusaha di bilangan Legian Kuta, Bali, menyikapi merosotnya kunjungan wisatawan mancanegara pascatragedi bom di kawasan itu.
Bertahun-tahun lelaki asal Jimbaran ini telah menikmati hasil jerih payahnya di dalam menggeluti bisnis salon tato. Dulu hampir setiap hari tiga buah salon tato miliknya selalu ramai dipadati turis mencanegara. Bahkan tidak sedikit dari mereka itu rela mengantre. "Kini salon tato saya khususnya yang lokasinya hanya sekitar 500 meter dari Sari Club pusat ledakan bom sepi melompong," tandas Widi.
Berangkat dari kondisi itulah akhirnya pengusaha yang juga sudah lama menggeluti bisnis kerajinan perak itu mencari berbagai terobosan. Berdua bersama istri Widi mencoba memindahkan kemampuan melukis di atas tubuh manusia ke kulit sapi atau kambing. Minimal kelak hasil kreativitasnya itu bisa menjadi pelengkap dekorasi ruangan entah itu rumah tinggal, perkantoran maupun hotel, tentu dengan segala keunikannya.
Dia berharap paling tidak buah karyanya itu akan menambah deretan pilihan cindramata bagi wisatawan domestik yang menurut informasi akan digenjot oleh pemerintah untuk menyermarakkan pariwisata Bali. Tetapi lagi-lagi Widi dan sejumlah rekan-rekan pengusaha aneka kerajinan di Kuta kembali kecewa.
Turis nusantara yang dia prediksikan bakal membludak seiring dengan mega promo sejumlah hotel berbintang ternyata juga tak kunjung marak. Namun pengalamannya sebagai pedagang acung (asongan) ketika masih sekolah di tingkat dasar dan SLTP tidak membuatnya patah semangat.
Pengalamannya merintis usaha kecil dari bawah menjadikan suami Ni Made Rusmiani ini tahan banting. Karena itu dia tidak segera putus asa atau mengeluh begitu bom Bali meledak dan melumpuhkan sektor pariwisata setempat. "Andalan saya selama ini memang turis yang datang ke Bali, tetapi setelah kejadian itu justru membuat saya berpikir jauh ke depan," ujarnya.
Dari lembaran kulit yang sudah dihiasi ornamen tato itu dia coba kembangkan menjadi bahan kap lampu yang dirangkai dengan kerajinan besi sebagai konstruksinya. Bukan itu saja, desain tato juga dia gunakan untuk menghiasi kap lampu yang terbuat dari kain kasa dan akar wangi.
Lewat berbagai informasi yang dia dapatkan dia sadar bahwa pihaknya tidak bisa lagi mengandalkan pembeli yang datang ke art shop miliknya. Jemput bola itulah yang kini harus dia perjuangkan.
Beruntung dia menyimpan nama-nama wisatawan dan pelanggan kerajinan peraknya dengan baik. Lantas mulailah dia informasikan hasil kerajinannya kepada mereka baik secara konvensional dan fax maupun di saat-saat beberapa pelangganya sedang mengontak dirinya lewat telepon.
"Beberapa dari mereka seperti dari Australia dan Italia ada yang tertarik langsung datang melihat sekaligus mengorder dalam jumlah yang besar," ujar Widi mengenang awal keberuntungannya.
Kini lembaran kulit berdesain ornamen tato serta rajutan akar wangi yang dipadukan dengan kain beludru maupun pelepah pisang kering bukan hanya sebagai kap lampu. Tidak sedikit dari konsumen yang memesan dibuatkan kap lilin dan cenderamata lainnya seperti tas wanita sabuk hingga pernak-pernik lainnya.
Desain tatonya pun semakin beragam. Sebagaimana UKM di Bali umumnya yang menjuluki usahanya made to order, Widi juga siap menerima pembeli yang membawa desain tersendiri.
Dia akui sebelum dirinya sudah banyak orang lain yang memproduksi kap lampu dari kulit kambing dan sapi maupun rajutan akar wangi. Di pasar seni Sukowati, misialnya, barang seperti itu mudah didapatkan dengan harga yang sudah tentu agak miring. Namun kebanyakan dari produk tersebut berornamen batik dengan teknik cap/sablon bukan dilukis seperti Widi dan anak buahnya mengukir di bagian tubuh manusia
"Dari bahan warna sampai peralatan yang digunakan melukis tato di kulit itu sama dengan yang kami gunakan di salon tato, hanya untuk kap lampu sebagian besar konsumen memilih warna-warna hitam, tidak senorak tato," tuturnya.
Memang dengan kondisi pariwisata dan perekonomian secara global yang boleh dikatakan belum bersahabat, produksi Widi belum bisa dikatakan besar. Tetapi pengiriman barang tiga bulan sekali dengan rata-rata tiga kontainer bagi pemula seperti Widi barangkali sudah cukup lumayan.
Dia optimistis jika pariwisata Bali dan Indonesia umumnya sudah kembali normal dan perekonomian global membaik pangsa pasarnya akan semakin besar. Pasalnya kap lampu dengan ornamen tato itu memiliki keunikan etnik tersendiri.
Masing-masing bangsa mempunyai ciri khas. Ada kalanya desain tato itu berupa salip, bunga, binatang dan sebagainya yang sudah tentu mempunyai lekuk-lekukan yang berbeda menurut keinginan yang empunya. Tidak jarang pula pembeli meminta dibuatkan kap lampu perpaduan antara kulit dan rajutan akar wangi.
Satu lagi keunikan dari kap lampu tato , kata dia, tidak sembarangan orang bisa melakukannya. Sekalipun ditiru dengan model cap-capan atau sablon hasil akhirnya masih sangat mudah untuk dibedakan secara kasat mata. Seperti pada tato manusia goresan garis-garis tato di kulit binatang juga berupa deretan titik-titik yang halus
Sementara dari segi harga juga bisa bersaing, yang mahal itu bahan baku kulitnya yang tidak jarang harus didatangkan dari luar daerah. Karena itu untuk mengantipasi kebutuhan ke depan pihaknya menjalin kerja sama dengan sejumlah pemasok dari Jawa. Begitu juga dengan akar wangi yang harus dia cari sendiri di daerah Yogyakarta.
"Besaran harga lebih tergantung pada kerumitan desain dan besar kecilnya ukuran kap lampu maupun lilin, kalaupun yang mahal juga gak sampai di atas lima juta per unit," ujarnya.
Sukses Padukan Seni Tato dalam Media Kulit
Diposting oleh : d4nu - Dibaca: 448 kali
Banting stir dan putar haluan, begitulah tekat I Nyoman Widiana Iswara, seorang pengusaha di bilangan Legian Kuta, Bali, menyikapi merosotnya kunjungan wisatawan mancanegara pascatragedi bom di kawasan itu.
Bertahun-tahun lelaki asal Jimbaran ini telah menikmati hasil jerih payahnya di dalam menggeluti bisnis salon tato. Dulu hampir setiap hari tiga buah salon tato miliknya selalu ramai dipadati turis mencanegara. Bahkan tidak sedikit dari mereka itu rela mengantre. "Kini salon tato saya khususnya yang lokasinya hanya sekitar 500 meter dari Sari Club pusat ledakan bom sepi melompong," tandas Widi.
Berangkat dari kondisi itulah akhirnya pengusaha yang juga sudah lama menggeluti bisnis kerajinan perak itu mencari berbagai terobosan. Berdua bersama istri Widi mencoba memindahkan kemampuan melukis di atas tubuh manusia ke kulit sapi atau kambing. Minimal kelak hasil kreativitasnya itu bisa menjadi pelengkap dekorasi ruangan entah itu rumah tinggal, perkantoran maupun hotel, tentu dengan segala keunikannya.
Dia berharap paling tidak buah karyanya itu akan menambah deretan pilihan cindramata bagi wisatawan domestik yang menurut informasi akan digenjot oleh pemerintah untuk menyermarakkan pariwisata Bali. Tetapi lagi-lagi Widi dan sejumlah rekan-rekan pengusaha aneka kerajinan di Kuta kembali kecewa.
Turis nusantara yang dia prediksikan bakal membludak seiring dengan mega promo sejumlah hotel berbintang ternyata juga tak kunjung marak. Namun pengalamannya sebagai pedagang acung (asongan) ketika masih sekolah di tingkat dasar dan SLTP tidak membuatnya patah semangat.
Pengalamannya merintis usaha kecil dari bawah menjadikan suami Ni Made Rusmiani ini tahan banting. Karena itu dia tidak segera putus asa atau mengeluh begitu bom Bali meledak dan melumpuhkan sektor pariwisata setempat. "Andalan saya selama ini memang turis yang datang ke Bali, tetapi setelah kejadian itu justru membuat saya berpikir jauh ke depan," ujarnya.
Dari lembaran kulit yang sudah dihiasi ornamen tato itu dia coba kembangkan menjadi bahan kap lampu yang dirangkai dengan kerajinan besi sebagai konstruksinya. Bukan itu saja, desain tato juga dia gunakan untuk menghiasi kap lampu yang terbuat dari kain kasa dan akar wangi.
Lewat berbagai informasi yang dia dapatkan dia sadar bahwa pihaknya tidak bisa lagi mengandalkan pembeli yang datang ke art shop miliknya. Jemput bola itulah yang kini harus dia perjuangkan.
Beruntung dia menyimpan nama-nama wisatawan dan pelanggan kerajinan peraknya dengan baik. Lantas mulailah dia informasikan hasil kerajinannya kepada mereka baik secara konvensional dan fax maupun di saat-saat beberapa pelangganya sedang mengontak dirinya lewat telepon.
"Beberapa dari mereka seperti dari Australia dan Italia ada yang tertarik langsung datang melihat sekaligus mengorder dalam jumlah yang besar," ujar Widi mengenang awal keberuntungannya.
Kini lembaran kulit berdesain ornamen tato serta rajutan akar wangi yang dipadukan dengan kain beludru maupun pelepah pisang kering bukan hanya sebagai kap lampu. Tidak sedikit dari konsumen yang memesan dibuatkan kap lilin dan cenderamata lainnya seperti tas wanita sabuk hingga pernak-pernik lainnya.
Desain tatonya pun semakin beragam. Sebagaimana UKM di Bali umumnya yang menjuluki usahanya made to order, Widi juga siap menerima pembeli yang membawa desain tersendiri.
Dia akui sebelum dirinya sudah banyak orang lain yang memproduksi kap lampu dari kulit kambing dan sapi maupun rajutan akar wangi. Di pasar seni Sukowati, misialnya, barang seperti itu mudah didapatkan dengan harga yang sudah tentu agak miring. Namun kebanyakan dari produk tersebut berornamen batik dengan teknik cap/sablon bukan dilukis seperti Widi dan anak buahnya mengukir di bagian tubuh manusia
"Dari bahan warna sampai peralatan yang digunakan melukis tato di kulit itu sama dengan yang kami gunakan di salon tato, hanya untuk kap lampu sebagian besar konsumen memilih warna-warna hitam, tidak senorak tato," tuturnya.
Memang dengan kondisi pariwisata dan perekonomian secara global yang boleh dikatakan belum bersahabat, produksi Widi belum bisa dikatakan besar. Tetapi pengiriman barang tiga bulan sekali dengan rata-rata tiga kontainer bagi pemula seperti Widi barangkali sudah cukup lumayan.
Dia optimistis jika pariwisata Bali dan Indonesia umumnya sudah kembali normal dan perekonomian global membaik pangsa pasarnya akan semakin besar. Pasalnya kap lampu dengan ornamen tato itu memiliki keunikan etnik tersendiri.
Masing-masing bangsa mempunyai ciri khas. Ada kalanya desain tato itu berupa salip, bunga, binatang dan sebagainya yang sudah tentu mempunyai lekuk-lekukan yang berbeda menurut keinginan yang empunya. Tidak jarang pula pembeli meminta dibuatkan kap lampu perpaduan antara kulit dan rajutan akar wangi.
Satu lagi keunikan dari kap lampu tato , kata dia, tidak sembarangan orang bisa melakukannya. Sekalipun ditiru dengan model cap-capan atau sablon hasil akhirnya masih sangat mudah untuk dibedakan secara kasat mata. Seperti pada tato manusia goresan garis-garis tato di kulit binatang juga berupa deretan titik-titik yang halus
Sementara dari segi harga juga bisa bersaing, yang mahal itu bahan baku kulitnya yang tidak jarang harus didatangkan dari luar daerah. Karena itu untuk mengantipasi kebutuhan ke depan pihaknya menjalin kerja sama dengan sejumlah pemasok dari Jawa. Begitu juga dengan akar wangi yang harus dia cari sendiri di daerah Yogyakarta.
"Besaran harga lebih tergantung pada kerumitan desain dan besar kecilnya ukuran kap lampu maupun lilin, kalaupun yang mahal juga gak sampai di atas lima juta per unit," ujarnya.
'Sukses Padukan Seni Tato dalam Media Kulit ':
Artikel Bisnis Lainnya
- Raup Rupiah dengan Kaca UkirDidik Wachyudi yang mengembangkan usaha ukir kaca dengan bendera Keramat Art Glass kini memiliki usaha lumayan besar. Bagi pria yang kini tinggal di Jalan Sucipto Situbondo ini, tidak mudah menapaki jalan menuju kesuksesan. “Pada 1995,saya sudah memulai usaha mebel,tapi pada 1998 ... Artikel Bisnis
- Kisah Sukses Soto Ayam Pak Man Merintis sebuah usaha memang bukanlah suatu hal mudah karena dibutuhkan ketekunan dan kerja keras. Seperti yang dilakukan Sudarmanto dalam merintis usaha soto ayam khas Semarang, Pak Man. Pak Man, begitu dia lebih dikenal memulai usahanya dengan berjualan soto ayam keliling di Jl ... Artikel Bisnis
- Caroline Leyla, Sukses Berbisnis Puding Cantik, mahir, dan kreatif mengotak-atik resep, kerap dilakukan Caroline Leyla Ananta. Ibu satu anak ini telah tahun berkecimpung dalam bisnis kuliner. Pemilik Toko Puding dan Kuweh Olien’s, yang berada di Jl Fatmawati No 31B Pedurungan, Semarang itu, ... Artikel Bisnis
- 3 Kunci Sukses Berbisnis Setiap orang pasti ingin sukses berbisnis. Namun, banyak yang tak tahu bagaimana meraihnya. Setidaknya terdapat tiga faktor kunci yang perlu Anda perhatikan saat memulai bisnis. Berikut ketiga faktor tersebut. 1. Pengenalan pribadi Anda Apakah Anda bermotivasi tinggi, suka tantangan, dan ... Artikel Bisnis
- Pentingnya PR dalam Keberhasilan Bisnis Anda Public relations (PR) alias hubungan masyarakat (humas) merupakan bagian organisasi di perusahaan yang fungsinya lebih dari sekadar kontrol ketika bisnis mengalami kesulitan. PR juga merupakan pendekatan umum dalam rencana pemasaran suatu bisnis. Keberadaan PR sangat penting dalam menentukan ... Artikel Bisnis
Jual Beli Online