Selasa, 07 Agustus 2012 - 09:20:14 WIB
Dari Hobi Memetik Gitar, Jadi Produsen Gitar Dunia
Diposting oleh : d4nu - Dibaca: 855 kali
Jangan pernah menyepelekan hobi, sebab dari hobi main gitar, Muhammad Satrianugraha jadi pengusaha gitar yang go international. Bahkan pada 2011 lalu, hadir di pameran musik terbesar yang digelar dua kali dalam setahun di Amerika Serikat, yakni The National Association of Music Merchants (NAMM) Show 2011.
Bagaimana bisa? Lelaki 30 tahun yang akrab disapa Hanung ini sejak SMA sangat hobi memetik gitar. Kegilaannya pada alat musik itu berlanjut hingga bangku kuliah, yaitu saat di kampus Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung. Tahun 2002 itu, Hanung sangat mengidamkan punya gitar berkualitas dunia, apa daya harganya tak terjangkau, yakni mencapai belasan juta rupiah. Tak putus akal, pemuda itu memesan gitar ke bengkel gitar di Sarijadi, Bandung. Ia ingin memiliki gitar yang tak terlalu mahal, namun mutunya bagus.
Kurang puas, ia pun mempelajari sendiri seluk beluk gitar, mulai dari internet, teknisi pembuat gitar, hingga coba-coba sendiri. Dari situ ia nekad membuka bengkel gitar sendiri, dengan keyakinan bahwa ia dapat membuat gitar yang baik. Saat itulah ia mendirikan usaha yang dinamakan CV Starnough, dengan modal hanya Rp. 7,5 juta. Setahun lebih ia berjuang memasarkan gitar produksinya, baik dengan tatap muka maupun lewat internet. Akhirnya pesanan pun berdatangan, bahkan dari Belanda dan Malaysia. Walau belum didukung mesin produksi dan SDM cukup, Hanung nekad menerima semua pesanan.
Kualitas gitar produksi Hanung ternyata memang membangkitkan minat pembeli mancanegara. Setelah mengirim sampel gitar, ia kebanjiran pesanan dari Belanda hingga 250 unit. Mulai itu ia yakin bahwa Starnough, demikian merk dagang gitarnya, punya kualitas yang tak kalah dengan gitar lain. Kelamaan, selain menerima pesanan gitar, Stranough juga menerima pesanan softcase dan hardcase gitar.
Hanung pun memperluas koneksinya hingga bisa bermitra dengan teknisi gitar Phil Neal yang biasa menjadi teknisi Jeff Beck dan Jimmy Page (Led Zeppelin), serta Pepijn de Blecourt.
Tahun 2006, gitar Starnough merambah ke negara lain seperti Finlandia, Jepang, Malaysia, Singapura, Australia, dan Amerika Serikat. Saat itu omzet yang dikantungi Hanung mencapai Rp 3 miliar per bulan.
Apa kunci kesukseannya? Kualitas dan detil, dua hal itu sangat diperhatikan Hanung. Ia selalu mencatat riwayat medis setiap gitar yang diproduksinya, kemudian menjadi referensi perbaikan di kemudian hari. ”Pemain gitar profesional biasanya tak sering ganti gitar. Oleh karena itu, pencatatan riwayat medis gitar andalannya sangat penting untuk memudahkan perbaikan jika rusak atau ada yang berubah,” ujarnya.
Bahan baku yang dipilih pun tidak sembarangan. Sebagian kayu adalah jenis white ash dari Kanada, dan mahoni dari Jawa. Ia juga mengadakan sejumlah komponen gitar, seperti senar, pick up, tremolo, dan tuning, dari Amerika Serikat dan Korea Selatan. Berminat untuk memesan gitar Starnough? Bisa kunjungi situsnya www.guitar-technology.com, atau langsung datangi saja kantornya di Jalan Surapati 153 B, Bandung. (mer)
Diposting oleh : d4nu - Dibaca: 855 kali
Bagaimana bisa? Lelaki 30 tahun yang akrab disapa Hanung ini sejak SMA sangat hobi memetik gitar. Kegilaannya pada alat musik itu berlanjut hingga bangku kuliah, yaitu saat di kampus Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung. Tahun 2002 itu, Hanung sangat mengidamkan punya gitar berkualitas dunia, apa daya harganya tak terjangkau, yakni mencapai belasan juta rupiah. Tak putus akal, pemuda itu memesan gitar ke bengkel gitar di Sarijadi, Bandung. Ia ingin memiliki gitar yang tak terlalu mahal, namun mutunya bagus.
Kurang puas, ia pun mempelajari sendiri seluk beluk gitar, mulai dari internet, teknisi pembuat gitar, hingga coba-coba sendiri. Dari situ ia nekad membuka bengkel gitar sendiri, dengan keyakinan bahwa ia dapat membuat gitar yang baik. Saat itulah ia mendirikan usaha yang dinamakan CV Starnough, dengan modal hanya Rp. 7,5 juta. Setahun lebih ia berjuang memasarkan gitar produksinya, baik dengan tatap muka maupun lewat internet. Akhirnya pesanan pun berdatangan, bahkan dari Belanda dan Malaysia. Walau belum didukung mesin produksi dan SDM cukup, Hanung nekad menerima semua pesanan.
Kualitas gitar produksi Hanung ternyata memang membangkitkan minat pembeli mancanegara. Setelah mengirim sampel gitar, ia kebanjiran pesanan dari Belanda hingga 250 unit. Mulai itu ia yakin bahwa Starnough, demikian merk dagang gitarnya, punya kualitas yang tak kalah dengan gitar lain. Kelamaan, selain menerima pesanan gitar, Stranough juga menerima pesanan softcase dan hardcase gitar.
Hanung pun memperluas koneksinya hingga bisa bermitra dengan teknisi gitar Phil Neal yang biasa menjadi teknisi Jeff Beck dan Jimmy Page (Led Zeppelin), serta Pepijn de Blecourt.
Tahun 2006, gitar Starnough merambah ke negara lain seperti Finlandia, Jepang, Malaysia, Singapura, Australia, dan Amerika Serikat. Saat itu omzet yang dikantungi Hanung mencapai Rp 3 miliar per bulan.
Apa kunci kesukseannya? Kualitas dan detil, dua hal itu sangat diperhatikan Hanung. Ia selalu mencatat riwayat medis setiap gitar yang diproduksinya, kemudian menjadi referensi perbaikan di kemudian hari. ”Pemain gitar profesional biasanya tak sering ganti gitar. Oleh karena itu, pencatatan riwayat medis gitar andalannya sangat penting untuk memudahkan perbaikan jika rusak atau ada yang berubah,” ujarnya.
Bahan baku yang dipilih pun tidak sembarangan. Sebagian kayu adalah jenis white ash dari Kanada, dan mahoni dari Jawa. Ia juga mengadakan sejumlah komponen gitar, seperti senar, pick up, tremolo, dan tuning, dari Amerika Serikat dan Korea Selatan. Berminat untuk memesan gitar Starnough? Bisa kunjungi situsnya www.guitar-technology.com, atau langsung datangi saja kantornya di Jalan Surapati 153 B, Bandung. (mer)
'Dari Hobi Memetik Gitar, Jadi Produsen Gitar Dunia ':
Artikel Bisnis Lainnya
- Dennis Crowley dari Foursquare dan Rahasia Membangun KomunitasJika Anda pernah mendengar istilah “check in” dalam sebuah tempat di lingkungan perkotaan, mungkin Anda cukup akrab dengan jejaring sosial berbasis lokasi bernama Foursquare. Dennis Crowley, seorang entrepreneur berusia 36 tahun, adalah salah satu pendiri ... Artikel Bisnis
- Sepuluh Poin yang Perlu Dipelajari Entrepreneur dari Atlet Olimpiade Memiliki bisnis yang sukses sebenarnya tak berbeda dengan berkompetisi dalam Olimpiade. Keduanya mengharuskan semua yang ikut serta untuk berkorban untuk bisa mencapai puncak prestasi tertinggi dan setelah itu tercapai, diperlukan upaya terus menerus untuk ... Artikel Bisnis
- Dalam Berbisnis, Hindari 10 Persprektif BerikutSetiap entrepreneur harus jujur mengenai kelebihan dan kekurangannya dan bersikap realistis mengenai alasan mereka memilih jalan hidup sebagai entrepreneur. Untuk tiap entrepreneur, bahkan untuk sebuah peluang bisnis terbaik jika digarap dengan alasan yang kurang tepat, akan berisiko lebih ... Artikel Bisnis
- Kondisi Bisnis Triwulan III Naik PesatCiputra Entrepreneurship News, Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan II 2012 meningkat menjadi 104,22 dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 103,89. "Indeks Tendensi Bisnis (ITB) triwulan II 104,22, kondisi bisnis meningkat dari ... Artikel Bisnis
- Sepuluh Strategi Siapkan Dana Darurat Anda tentu sering mendengar istilah dana darurat? Ya, dana darurat ialah sejumlah simpanan uang yang dapat diakses secara mudah jika sewaktu-waktu Anda memerlukannya saat menghadapi keadaan darurat. Memiliki simpanan dana darurat sangat penting karena Anda tidak pernah tahu kapan ... Artikel Bisnis
Jual Beli Online
