#education
Begitu melihat gambar ini,ternyata belajar itu ga harus di dalam sana,ternyata unt belajar tak harus memakai seragam yg sama,belajar adalah keharusan meskipun tak dari bangku sekolahan.
Saya jadi teringat tulisan guru besar UI RHENALD KASALI tentang sekolah 5 senti dan budaya menghukum di sekolah (nyambung ga sih ok buat saya ini nyambung :D)
Beliau menulis,orang" yang sekolahnya 5 senti itu di ukur dari kepala bagian atas paling jauh menyerap hingga 5 senti kebawah,mereka ini pinter berfikir,mengutamakan nilai rapot dan transkrip nilai,mencerminkan isi kepalanya,tapi biasanya bisa mikir ga bisa ngomong,menulis atau memberi contoh.
Adapula yang memulai dari bawah,tapi inipun terkadang mentok di lutut atau dengkulnya..ini contoh org yg ga usah mikir,jalani saja,rasain dan otomatis bisa naik ke atas,dua contoh tadi bisa sukses juga gagal tergantung di mana berhentinya atau usahanya.
Saya sungguh berharap generasi bangsa ini bukan sekolah 5 senti atau 50 senti tetapi 2 meter,dari atas kepala hingga telapak kaki,bisa berfikir juga menjalankan apa yang di pikirkannya,bisa menulis juga berbicara,otak,kaki,tangan dan mulut sama sama di sekolahkan dan sama sama bisa bekerja.
Semoga banyak guru di negri ini bukan hanya pintar 5 senti,yang sibuk berfikir dan berkomentar tapi mau mencontohkan,bergerak membuat kemajuan.
Seorang guru besar yang pintarnya 2 meter ketika mendengar jembatan kutai kertanegara ambruk,dia akan segera berkemas dan berangkat meninjau lokasi,memeriksa dan mencari penyebabnya,mereka menulis karangan ilmiah dan memberi simposium pada generasi baru tentang apa yang di temukan di lapangan,sedang yang 5 senti akan membaca berita dan berkomentar,sementara yang pinternya sampai lutut bisanya marah-marah.
Semoga juga budaya menghukum di sistem pendidikan kita bisa di kurangi.
Tahukah anda,otak manusia tidak statis melainkan dapat mengerut(mengecil) atau dapat tumbuh semua tergantung dari ancaman/dukungan(dorongan) yang di dapat dari orang sekitarnya,jadi kecerdasan manusia dapat tumbuh dan menurun.
Tak bisa di sangkal anak-anak di sekolah biasa di beri tekanan,di takut-takuti,di ancam untuk pintar,unt displin tapi melupakan kenyamanan dalam belajar,mereka di bentak,di hina bahkan di caci maki,di pukul untuk alasan mendidik mereka menjadi manusia yang lebih baik.
Di luar negri untuk menjadikan anak anak menjadi manusia yang cerdas mereka punya filosofi mendidik bukan menghukum,merangsang anak anak untuk maju,para guru punya karakter membangun bukan merusak dengan ancaman.
Kita tak bisa mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita,jangan pula mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan.
Pintar dalam arti sebenarnya adalah bisa berfikir dan bisa menjalankan apa yang di pikirkannya,berilah mereka contoh yang benar,bantu mereka untuk maju dengan membangun karakter bukan menakuti,pintar 2 meter bukan 5 senti mungkin tidak menjadi mustahil selama ada usaha melakukan perbaikan.
Untuk pemimpin bangsa masa depan.
Selamat bangkit berfikir
Pic : evensmallthings
#semangatindonesiaku +Rinal Purba
Begitu melihat gambar ini,ternyata belajar itu ga harus di dalam sana,ternyata unt belajar tak harus memakai seragam yg sama,belajar adalah keharusan meskipun tak dari bangku sekolahan.
Saya jadi teringat tulisan guru besar UI RHENALD KASALI tentang sekolah 5 senti dan budaya menghukum di sekolah (nyambung ga sih ok buat saya ini nyambung :D)
Beliau menulis,orang" yang sekolahnya 5 senti itu di ukur dari kepala bagian atas paling jauh menyerap hingga 5 senti kebawah,mereka ini pinter berfikir,mengutamakan nilai rapot dan transkrip nilai,mencerminkan isi kepalanya,tapi biasanya bisa mikir ga bisa ngomong,menulis atau memberi contoh.
Adapula yang memulai dari bawah,tapi inipun terkadang mentok di lutut atau dengkulnya..ini contoh org yg ga usah mikir,jalani saja,rasain dan otomatis bisa naik ke atas,dua contoh tadi bisa sukses juga gagal tergantung di mana berhentinya atau usahanya.
Saya sungguh berharap generasi bangsa ini bukan sekolah 5 senti atau 50 senti tetapi 2 meter,dari atas kepala hingga telapak kaki,bisa berfikir juga menjalankan apa yang di pikirkannya,bisa menulis juga berbicara,otak,kaki,tangan dan mulut sama sama di sekolahkan dan sama sama bisa bekerja.
Semoga banyak guru di negri ini bukan hanya pintar 5 senti,yang sibuk berfikir dan berkomentar tapi mau mencontohkan,bergerak membuat kemajuan.
Seorang guru besar yang pintarnya 2 meter ketika mendengar jembatan kutai kertanegara ambruk,dia akan segera berkemas dan berangkat meninjau lokasi,memeriksa dan mencari penyebabnya,mereka menulis karangan ilmiah dan memberi simposium pada generasi baru tentang apa yang di temukan di lapangan,sedang yang 5 senti akan membaca berita dan berkomentar,sementara yang pinternya sampai lutut bisanya marah-marah.
Semoga juga budaya menghukum di sistem pendidikan kita bisa di kurangi.
Tahukah anda,otak manusia tidak statis melainkan dapat mengerut(mengecil) atau dapat tumbuh semua tergantung dari ancaman/dukungan(dorongan) yang di dapat dari orang sekitarnya,jadi kecerdasan manusia dapat tumbuh dan menurun.
Tak bisa di sangkal anak-anak di sekolah biasa di beri tekanan,di takut-takuti,di ancam untuk pintar,unt displin tapi melupakan kenyamanan dalam belajar,mereka di bentak,di hina bahkan di caci maki,di pukul untuk alasan mendidik mereka menjadi manusia yang lebih baik.
Di luar negri untuk menjadikan anak anak menjadi manusia yang cerdas mereka punya filosofi mendidik bukan menghukum,merangsang anak anak untuk maju,para guru punya karakter membangun bukan merusak dengan ancaman.
Kita tak bisa mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita,jangan pula mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan.
Pintar dalam arti sebenarnya adalah bisa berfikir dan bisa menjalankan apa yang di pikirkannya,berilah mereka contoh yang benar,bantu mereka untuk maju dengan membangun karakter bukan menakuti,pintar 2 meter bukan 5 senti mungkin tidak menjadi mustahil selama ada usaha melakukan perbaikan.
Untuk pemimpin bangsa masa depan.
Selamat bangkit berfikir
Pic : evensmallthings
#semangatindonesiaku +Rinal Purba

