Kamis, 23 Agustus 2012 - 09:41:34 WIB
Joharipin, Petani Sukses dari Bibit Lokal
Diposting oleh : d4nu - Dibaca: 841 kali
Petani adalah pekerjaan mulia. Sayangnya, lelah dan keringat deras dari pekerjaan itu tak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Petani banyak yang miskin karena bibit dan pupuk mahal, sedangkan hasilnya sedikit.
Saat panen, hasil tani semusim itu kebanyakan hanya untuk menambal utang. Petani pun kerap kesulitan modal saat musim tanam tiba.
Hal itu juga dialami Joharipin, pria berumur 37 yang terlahir dari keluarga petani sederhana di Desa Jengkok, kecamatan Kertasemaya, Indramayu, Jawa Barat.
Untuk itu, Joharipin memutar otak agar lingkaran setan kemiskinan tak melilitnya. Berbekal pengalamannya sebagai siswa sekolah lapangan, pada 2004, ia mulai mencoba-coba cari padi bibit unggul. Prosesnya lama, dan akhirnya menemukan.
Bukan dari impor atau bikinan pabrik, bibit ini justru padi lokal asli yang belum mengenal pestisida dan zat kimia lain. Dia menggabungkan padi jenis kebo dengan longgo, yang kemudian diberinama padi bonggong. Joharipin harus keliling mencari bibit ini, karena sudah lama ditinggalkan masyarakat.
Hebatnya, sawah yang biasanya cuma menghasilkan empat ton per hektare, dengan bibit lokal ciptaannya, hasil panennya melonjak menjadi 7-10 ton. "Rupanya, kami harus menjunjung kearifan lokal, menggunakan bibit warisan nenek moyang," kata dia.
Sukses sendiri tak membuatnya sombong, ia mengajari tetangganya tips kesuksesan itu. Satu dua orang mulai mengikuti dan hasilnya pun sama, hasil panen meningkat dua kali lipat. Dari mulut ke mulut kesuksesan itu disampaikan.
Joharipin akhirnya membagi gratis tips-tips ke masyarakat sekitar. Sekarang, hampir semua petani di wilayahnya sudah menggunakan bonggol, bibit temuannya itu. Tak cuma bibit, ia dibantu petani setempat membuat pupuk organik. Kini, petani tak pernah lagi membeli pupuk bikinan pabrik.
Namun, kesuksesan ini tak mulus. Bukannya bantuan dari pemerintah yang ia dapat, tetapi malah teror dan tekanan. Alasannya, petani kini tak mau lagi menggunakan bibit dan pupuk yang telah ditentukan desa. Tentunya, yang semua bikinan pabrik dan bercampur kimia itu.
"Sepertinya, pemerintah tak senang kalau petani ini maju, karena bisa jadi ancaman mereka," katanya. "Kami seperti sapi perahan."
Kini, ratusan petani di wilayahnya telah maju. Baru-baru ini, Joharipin mendirikan koperasi simpan pinjam dengan simpanan pokok dan simpanan wajib sebisa petani. Hasilnya pun luar biasa. Belum genap setahun, mereka sudah memiliki kas Rp25 juta.
Joharipin menuturkan, perputaran uang petani di Jengkok lumayan besar. Dari benih saja bisa lebih dari Rp150 juta. Jadi, bila semua transaksi ini melalui koperasi, masyarakat makin sejahtera.
Bagaimana tidak, desanya memiliki sawah 350 hektare dengan kebutuhan benih lokal 20 kilogram per hektare. Sedangkan harga benih itu Rp11 ribu per kilogram. Jadi, dalam semusim sekitar Rp77 juta. Belum lagi panennya. Ini bisa miliaran rupiah.
Atas prestasi inilah Joharipin meraih Danamon Award 2012 sebagai Pemberdaya Petani. Video profil Joharipin bisa Anda lihat di tautan ini. (*/VIVA.co.id)
Joharipin, Petani Sukses dari Bibit Lokal
Diposting oleh : d4nu - Dibaca: 841 kali
Petani adalah pekerjaan mulia. Sayangnya, lelah dan keringat deras dari pekerjaan itu tak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Petani banyak yang miskin karena bibit dan pupuk mahal, sedangkan hasilnya sedikit.
Saat panen, hasil tani semusim itu kebanyakan hanya untuk menambal utang. Petani pun kerap kesulitan modal saat musim tanam tiba.
Hal itu juga dialami Joharipin, pria berumur 37 yang terlahir dari keluarga petani sederhana di Desa Jengkok, kecamatan Kertasemaya, Indramayu, Jawa Barat.
Untuk itu, Joharipin memutar otak agar lingkaran setan kemiskinan tak melilitnya. Berbekal pengalamannya sebagai siswa sekolah lapangan, pada 2004, ia mulai mencoba-coba cari padi bibit unggul. Prosesnya lama, dan akhirnya menemukan.
Bukan dari impor atau bikinan pabrik, bibit ini justru padi lokal asli yang belum mengenal pestisida dan zat kimia lain. Dia menggabungkan padi jenis kebo dengan longgo, yang kemudian diberinama padi bonggong. Joharipin harus keliling mencari bibit ini, karena sudah lama ditinggalkan masyarakat.
Hebatnya, sawah yang biasanya cuma menghasilkan empat ton per hektare, dengan bibit lokal ciptaannya, hasil panennya melonjak menjadi 7-10 ton. "Rupanya, kami harus menjunjung kearifan lokal, menggunakan bibit warisan nenek moyang," kata dia.
Sukses sendiri tak membuatnya sombong, ia mengajari tetangganya tips kesuksesan itu. Satu dua orang mulai mengikuti dan hasilnya pun sama, hasil panen meningkat dua kali lipat. Dari mulut ke mulut kesuksesan itu disampaikan.
Joharipin akhirnya membagi gratis tips-tips ke masyarakat sekitar. Sekarang, hampir semua petani di wilayahnya sudah menggunakan bonggol, bibit temuannya itu. Tak cuma bibit, ia dibantu petani setempat membuat pupuk organik. Kini, petani tak pernah lagi membeli pupuk bikinan pabrik.
Namun, kesuksesan ini tak mulus. Bukannya bantuan dari pemerintah yang ia dapat, tetapi malah teror dan tekanan. Alasannya, petani kini tak mau lagi menggunakan bibit dan pupuk yang telah ditentukan desa. Tentunya, yang semua bikinan pabrik dan bercampur kimia itu.
"Sepertinya, pemerintah tak senang kalau petani ini maju, karena bisa jadi ancaman mereka," katanya. "Kami seperti sapi perahan."
Kini, ratusan petani di wilayahnya telah maju. Baru-baru ini, Joharipin mendirikan koperasi simpan pinjam dengan simpanan pokok dan simpanan wajib sebisa petani. Hasilnya pun luar biasa. Belum genap setahun, mereka sudah memiliki kas Rp25 juta.
Joharipin menuturkan, perputaran uang petani di Jengkok lumayan besar. Dari benih saja bisa lebih dari Rp150 juta. Jadi, bila semua transaksi ini melalui koperasi, masyarakat makin sejahtera.
Bagaimana tidak, desanya memiliki sawah 350 hektare dengan kebutuhan benih lokal 20 kilogram per hektare. Sedangkan harga benih itu Rp11 ribu per kilogram. Jadi, dalam semusim sekitar Rp77 juta. Belum lagi panennya. Ini bisa miliaran rupiah.
Atas prestasi inilah Joharipin meraih Danamon Award 2012 sebagai Pemberdaya Petani. Video profil Joharipin bisa Anda lihat di tautan ini. (*/VIVA.co.id)
'Joharipin, Petani Sukses dari Bibit Lokal ':
Artikel Bisnis Lainnya
- Fokus dalam Bisnis, Kunci Sukses Ato Sunarto Awalnya Ato Sunarto menjalani bisnis untuk mencari penghasilan tambahan. Tetapi sekarang, bisnisnya justru menjadi sumber pendapatan utama. Apa kiat sukses bisnis Ato? "Teman-teman kasih saran agar saya fokus dalam bisnis. Kalau tidak, bisa berantakan. Tetapi, saya punya pandangan ... Artikel Bisnis
- Jenis-Jenis Investor yang Perlu Dihindari Sebagian angel investor tidak sebaik yang Anda pikirkan. Karakter dan reputasi mereka belum tentu sesuai dengan apa yang mereka tampilkan. Dan ini bisa menjadi malapetaka untuk Anda, entrepreneur baru yang masih perlu banyak belajar. Banyak entrepreneur yakin bahwa semua dana diciptakan ... Artikel Bisnis
- Berapa Investasi yang Anda Butuhkan? Usaha rintisan sering menghadapi kebingungan mengenai jumlah dana yang ia perlukan untuk usaha. Jawaban sederhananya ialah jumlah minimum absolut yang Anda butuhkan untuk bisa mewujudkan rencana Anda. Sejumlah entrepreneur mencoba untuk mulai dengan jumlah besar seraya berharap ... Artikel Bisnis
- Tips Berbisnis Online yang Sehat Ketika membaca judul artikel ini mungkin Anda akan jadi penasaran apa yang dimaksud dengan bisnis online yang sehat? bisnis online yang sehat adalah bisnis yang dijalankan dengan jujur. Memangnya ada bisnis online yang dijalankan dengan tidak jujur? Tentu saja ada, begini ... Artikel Bisnis
- Membuat Rencana Bisnis Sederhana Jika Anda berkeinginan mendirikan bisnis sendiri, adalah penting untuk membuat rencana bisnis untuk menunjang pertumbuhan jangka panjang dan kesuksesan bisnis Anda. Melakukan hal tersebut akan membantu Anda mengidentifikasi langkah-langkah dan fokus bisnis Anda. Dalam rencana bisnis, Anda ... Artikel Bisnis
Jual Beli Online